LAPORAN
STUDI “GUA SUMPANG BITTA”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
MUHAMMAD FATHURRAHMAN (09)
NURCHOLISH MADJID (14)
KELAS XI-IPA 1
MAN 2 MODEL MAKASSAR
(TAHUN AJARAN 2012/2013)
BAB I
PENDAHULUAN
Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep)
secara administratif termasuk dalam gugusan Kepulauan Spermonde yang memiliki
luasan paling besar diantara kabupaten/kota dalam lingkup kepulauan ini.
Kabupaten Pangkep dicirikan oleh wilayah perairan lautnya yang luas dengan
taburan 117 pulau-pulau, dimana 80 pulau diantaranya adalah pulau berpenghuni
dan sisanya tidak berpenghuni. Perairan laut Kabupaten Pangkep merupakan
ekosistem dengan keragaman hayati yang sangat tinggi terutama pada habitat
terumbu karang di kawasan pulau-pulau kecil.
Kabupaten
Pangkep memiliki wilayah perairan yang lebih luas dibandingkan daratannya
dengan perbandingan 1 berbanding 17. Total luas daratan, pegunungan dan
pulau-pulau tanpa lingkup perairannya adalah 1.112 km2, sementara luas lautnya
adalah 17.100 km2. Pulua-pulau yang secara administratif termasuk dalam
Kabupaten Pangkep tersebar hingga ke pelosok selatan berbatasan langsung dengan
Provinsi Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat.
Wilayah
pesisir dan laut Kabupaten Pangkep dicirikan dengan produktivitas
ekosistem yang tinggi sehingga dapat mendukung kegiatan perekonomian. Ditinjau
dari segi ekonomi, sumberdaya alam dan jasa lingkungan wilayah pesisir cukup
tahan terhadap pengaruh krisis ekonomi yang melanda negeri ini. Ekosistem
pesisir utama Kabupaten Pangkep adalah terumbu karang, mangrove, dan padang
lamun.
Bentang
alam Kabupaten Maros-Pangkep sebagian besar diantaranya merupakan kawasan karst
yang bertipikal tower karst, karst yang berbentuk menara. Kawasan ini
merupakan miniatur dari kawasan karst yang berada di Cina Selatan dan Halong
Bay Vietnam.Tower-tower karst yang menjulang tinggi merupakan suatu bentang
alam yang sangat unik dan indah untuk dilihat.Sebagian besar kawasan ini
merupakan bagian dari kawasan konservasi Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung.
Kawasan
karst meliputi endokarst, bagian karst yang berada pada bagian dalam karst
dan exokarst, karst bagian atas.Salah satu penciri kawasan karst utamanya
adalah adanya sistem pergoaan (cave system) yang berada di
bagian endokarst. Terbentuknya Kawasan Karst Maros-Pangkep sudah terjadi
berjuta-juta tahun lamanya melalui proses pengangkatan dari dasar laut.
Sehingga terbentuklah lorong-lorong pergoaan yang diantaranya dialiri sungai
bawah tanah akibat proses karstifikasi. Lorong-lorong goa yang terdapat di
kawasan tersebut telah dimanfaatkan sejak lama oleh nenek moyang masyarakat
seperti suku Bugis.Goa-goa tersebut sering dimanfaatkan baik sebagai tempat
tinggal, pemujaan, maupun peletakan jenazah manusia yang telah meninggal.Di
kawasan karst Maros-Pangkep sendiri banyak terdapat situs-situs purbakala
seperti Leang-Leang, Leang Kasii, Leang Kajuara, Kalibong Aloa dan lain
sebagainya.Dilokasi-lokasi tersebut banyak terdapat lukisan-lukisan goa (cave
painting) dan artefak peninggalan sejarah.Lukisan dan artefak tersebut
menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa lalu.Situs-situs tersebut kini
dikelola oleh BP3 Makassar sebagai cagar budaya peninggalan sejarah.
Kondisi bentang alam karst yang unik tersebut
menjadikan kawasan ini memiliki nilai penting tinggi.Adapun nilai penting yang
dimiliki kawasan karst Maros-Pangkep tidak hanya sebatas nilai ekonomi, sosial
budaya, dan nilai ilmiah.Bahkan nilai terpenting kawasan karst di Taman
Nasional Bantimurung-Bulusaraung adalah nilai ekologi dan biodiversitas.
Kawasan karst ini menjadi salah satu habitat Kupu-kupu Raja, satwa
endemik, yang menjadi ikon taman nasional. Tidak hanya Kupu-Kupu Raja,
tetapi juga Rangkong Sulawesi, burung endemik yang hanya dapat dijumpai di
Sulawesi.Bahkan masih banyak satwa endemik lainya seperti biota goa endemik
Maros-Pangkep, menambah tingginya nilai biodiversitas kawasan tersebut. Dengan
begitu, wajar bilamana kawasan karst di taman nasional ini dianggap memiliki
nilai konservasi tinggi (high conservation values).
Selain itu, kawasan karst
juga dikenal sebagai salah satu pengatur tata air untuk kawasan
sekitarnya. Air yang mengairi kehidupan masyarakat di Kabupaten Maros dan
Pangkep sebagian besar berasal dari kawasan karst ini.Nilai hidrologi karst ini
secara nyata menunjang dan menjaga keberlanjutan kehidupan manusia di
sekitarnya.Sungai-sungai bawah tanah yang terdapat di dalam kawasan karst
banyak dimanfaatkat oleh masyarakat baik untuk ternak, pertanian, dan aktivitas
kehidupan lainnya. Pemerintah daerah juga memanfaatkan air tersebut sebagai
sumberdaya air untuk menjalankan PDAM yang menghidupi sebagian besar masyarakat
Maros, Pangkep dan Kota Makassar
BAB II
PEMBAHASAN
Sumpang
bita berasal dari kata sumpang dan bita. Sumpang artinya pintu dan bita artinya
kampung atau nama perkampungan masyarakat yang bernama bita yang berada di
belakang gunung desa Leang.
Di
dalam gua Sumpang Bita terdapat beberapa gambar, yaitu gambar telapak tangan,
babi rusa, babi hutan, perahu dan telapak kaki.Orang yang menggambarkan atau
meninggalkan sejarahnya di namakan orang toala. Arti dari toala adalah to
berarti manusia dan ala berarti hutan jadi toala berarti manusia hutan.
Nama
Gua Sumpang Bitta yang berada di Kabupaten Pangkep terdiri dari dua kata yaitu
Sumpang yang berarti pintu dan Bitta adalah sebuah nama desa yang ditempati Gua
Sumpang Bitta. Jadi Gua Sumpang Bitta berarti pintu Bitta.Gua Sumpang Bitta
juga dikenal dengan sebutan seribu anak tangga dikarenakan untuk menuju Gua
Sumpang Bitta harus melalui seribu lebih anak tangga.
Sumpang
Bitta merupakan salah satu tempat wisata yang ada di Sulawesi Selatan.
Secara administrative Taman Purbakala Sumpang Bitta berada di Desa Sumpang
Bita, Kecamatan Baloccin Kabupaten Pangkep.Berada di kilometer 55 di sebelah
utara kotamadya Ujung Pandang (Ibu Kota Propinsi Sulawesi Selatan).Letak
Astronomiknya 50020’ LS dan 1190 38’BT.Lokasi mudah dicapai dengan
mempergunakan kendaraan roda dua dan empat. Dari kotamadya Ujung Pandang arah
ke Utara melalui jalan aspal menuju kota Parepare. Sampai di km 55 Kampung
Soreang, membelok ke kanan menuju pabrik semen Tonasa.Dari pabrik Tonasa kea
rah Timur menuju kompleks Taman Purbakala Prasejarah.Gua Sumpang Bitta sejauh 3
km melalui jalan sedikit mendaki. Untuk tiba di tempat ini diperlukan waktu
kira-kita 2 jam letaknya cukup jauh dari Makassar. Daerah Pangkep terdiri dari
beberapa desa atau keluraha yang tersebar di semua kecamatan.Salah satu desa
yang dilalui untuk menuju Gua Sumpang Bitta adalah desa Kabba.Di pinggir
jalanan terdiri atas sawah yang sangat luas dan beberapa rumah dan pohon.
Gua
Sumpang Bitta ditemukan oleh Frist dan Paul Sarassin dari Swiss pada tahun
1902.Gua ini merupakan peninggalan dari penduduk Toala yang berarti orang
bertempat tinggal di hutan. Di dalam gua itu terdapat beberapa lukisan
seperti telapak tangan orang dewasa dan anak-anak, telapak kaki, rusa,
babi, ayam, dan sebuah sampan atau perahu. Semua gambar-gambar ini berwarna
merah karena merah melambangkan keberanian.Warna ini terbuat dari hematite atau
oker yang di kunyah hingga hancur disemprotkan ke telapak tangan yang telah
diletakkan di dinding gua. Sumpang Bita,
memiliki langit-langit yang tinggi dan melandai ke belakang. Mulut gua
menghadap ke timur (N. 90° E).Leang ini terletak 150 m dari permukaan tanah
atau 280m dpl. Kelembaban dan hasil kelapukan 40% dengan PH 6,6. Ukuran mulut
leang adalah tinggi 10m dan lebar 14m, sedangkan dalamnya 50m.
Temuan
di Leang Sumpang Bita Pada ruang bagian
utara terdapat sebuah lukisan berupa babirusa (Elaphurus davidanus) yang sedang
meloncat. Di depan lukisan tersebut terdapat sejumlah lukisan cap tangan. Ada
pula lukisan sampan yang di atasnya terdapat lukisan dua ekor babirusa dengan
posisi kepala ke bawah.
Adapun jumlah lukisan menurut obyeknya:
1. Cap tangan negatif
- tangan kanan dewasa 15 buah
- tangan kiri dewasa 21 buah
- rusak (tak dikenal kiri atau kanan) 1 buah
- tangan kanan anak-anak 12 buah
- tangan kiri anak-anak 4 buah
2. Cap kaki negatif
- kaki kanan dewasa 1 buahz
- kaki kiri dewasa 1 buah
- kaki kanan dewasa 1 buah
3. Lukisan babirusa 12 buah
4. Lukisan sampan 1 buah
1. Cap tangan negatif
- tangan kanan dewasa 15 buah
- tangan kiri dewasa 21 buah
- rusak (tak dikenal kiri atau kanan) 1 buah
- tangan kanan anak-anak 12 buah
- tangan kiri anak-anak 4 buah
2. Cap kaki negatif
- kaki kanan dewasa 1 buahz
- kaki kiri dewasa 1 buah
- kaki kanan dewasa 1 buah
3. Lukisan babirusa 12 buah
4. Lukisan sampan 1 buah
B.
KEPENDUDUKAN
PANGKEP (JUMLAH DAN KOMPOSISI PENDUDUK)
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
(dahulu bernama Pangkajene Kepulauan, biasa disingkat Pangkep) adalah salah
satu kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia.Ibukotanya adalah
Pangkajene. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.112,29 km², tetapi setelah
diadakan analisis bersama Bakosurtanal, luas wilayah tersebut direvisi menjadi
12.362,73 Km² dengan luas wilayah daratan 898,29 Km² dan wilayah laut 11.464,44
Km².
Kabupaten
Pangkep berpenduduk sebanyak ± 300 jiwa.
Asal kata Pangkajene dipercaya berasal dari
sungai besar yang membelah kota Pangkep. Pangka berarti cabang dan Je'neberarti
air. Ini mengacu pada sungai yang membelah kota Pangkep yang membentuk cabang.
Penduduk ,Pada hasil Sensus tahun 2010
menyatakan penduduk Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan sekitar 305.737 Jiwa
yang terdiri atas 147.229 Laki-Laki, dan 158.508 Jiwa Perempuan.
Jumlah Desa Secara administratif,
pemerintahan kabupaten Pangkep terbagi atas 12 kecamatan, 66 desa, dan 36
kelurahan.
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
(Pangkep) dicirikan dengan wilayah perairannya lebih luas dibandingkan
daratannya dengan perbandingan 1 berbanding 17. Kabupaten Pangkep memiliki 117
pulau dan hanya 80 diantara yang berpenghuni, terbagi dalam 3 kecamatan yaitu
Kecamatan Tuppabiring, Kecamatan Liukang Kalmas dan Liukang Tangayya
C.
LETAK
GEOGRAFIS PANGKEP DAN GUA SUMPANG BITTA
1.
LETAK
GEOGRAFIS PANGKEP
Kabupaten Pangkajene Kepulauan
(Pangkep) merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi Selatan, meliputi
12 kecamatan, luas wilayahnya mencapai 1.122,29 Km2 dan berpenduduk sekitar
279.887 orang.Daerahnya berada di pesisir Barat Sulawesi Selatan dengan
ketinggian antara 0 hingga 1.000 meter di atas permukaan laut.Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan, memiliki tiga dimensi wilayah yaitu laut, daratan dan
pegunungan.
Kabupaten
Pangkep berbatasan dengan Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Madura, Pulau Nusa
Tenggara dan Bali di sebelah barat, sebelah utara dengan Kabupaten Barru,
sebelah timur dengan Kabupaten Bone, dan sebelah selatan dengan Kabupaten
Maros.
2.
LETAK
GEOGRAFIS GUA SUMPANG BITTA
Kompleks Gua Sumpang Bita sendiri
terletak di Desa Sumpang Bita, Kecamatan Balocci, Kabupaten Pangkep
(Pangkaje'ne Kepulauan). Berada di Kilometer 55 sebelah utara Kota Makassar,
dengan posisi astronomis 5°20'LS dan 199°38'BT.
D.
MATA PENCAHARIAN PENDUDUK PANGKEP
Penduduk Kabupaten Pangkep yang
menetap di pulau-pulau kecil umumnya menggeluti usaha pemanfaatan sumberdaya
laut, baik sebagai nelayan penangkap maupun pembudidaya.Lokasi penangkapan
mereka berupa areal yang disebut taka yakni terumbu karang yang hidup di
perairan yang relatif dangkal (reef patch). Nelayan dari daerah lain seperti
Makassar, Sulawesi Barat, Bali, NTB, NTT, Madura, Sinjai, Takalar, seringkali
beroperasi di wilayah kepulauan Liukang Tangngayya. Para nelayan pendatang
tersebut menggunakan berbagai macam alat tangkap seperti, rumpon, gae, pancing,
bom, bius dan pukat, untuk mendapatkan hasil laut.
Sementara
itu, jumlah alat tangkap ikan laut yang banyak digunakan nelayan lokal jaring
insang tetap 991 unit, alat tangkap pancing 347 unit, dan pukat cincin 115 unit
dan alat tangkap lainnya. Jenis ikan yang ditangkap antara lain ikan torani,
lobster, kerapu, sunu, napoleon, katambak, tendro, teri, bawal hitam, gurita,
tuna, cakalang, cucut, kerang-kerangan, baronang, ekor kuning, rapporappo dan
ikan layang.
Kegiatan
budidaya rumput laut secara besar-besaran terdapat di Desa Sabalana dan Desa
Aloang.
E.
PETA PANGKEP DAN SUMPANG BITTA
Pangkep terletak tak jauh dengan kota
Makassar, Sulawesi Selatan. Perjalanan dari Makassar sampai Pangkep kurang
lebih memakan waktu sekitar dua jam.
Pangkep menyajikan pemandangan alam
yang luar biasa.
F.
SUASANA DI SUMPANG BITTA PANGKEP
Gambar
di atas adalah gambar suasana di sekitar Taman Prasejarah Goa Sumpang Bitta.
Goa tersebut terlihat seperti bukit-bukit yang menjulang tinggi dan dihiasi
oleh tumbuhan yang berupa pepohonan dan dan rerumputan di sekitarnya.
Sebelum melakukan perjalanan menuju tangga seribu ,
beberapa siswa sedang mengisi perutnya di sebuah pondok kecil yang berada di
sekitar taman prasejarah tersebut , agar mereka dapat mendaki tangganya dengan
tenaga yang cukup leluasa.
Di
sekitar goa Sumpang Bitta juga terlihat hewan dan binatang yang berkeliaran,
seperti pada gambar. Terlihat tiga ekor bebek yang sedang berjalan dan anjing
yang dengan gembiranya bisa bebas berlari di atas rerumputan.
Ini
adalah awal dari perjalanan menuju Goa Sumpang Bitta, jika ingin ke sana harus
menaiki kurang lebih 1000 buah anak tangga dahulu. Awalnya semua orang terlihat
sangat bersemangat. Tetapi, saat sampai atas mereka terlihat sangat kelelahan.
Hewan
sejenis ulat kaki seribu besi. Ya, hewan semacam ini ditemui di sepanjang jalan
menuju Goa Sumpang Bitta. Hewan ini biasanya ada di sela-sela anak tangga, atau
menempel di batang pohon atau daun. Sering kali juga terlihat kadal-kadal kecil
melintas.
Tangga
menuju Goa Sumpang Bitta dipenuhi oleh daun-daun yang gugur. Maklum, karena di
sekitarnya memang dipenuhi oleh pepohonan, layaknya hutan. Beberapa kali juga
terlihat susunan batu yang membentuk seperti goa-goa kecil. Pada gambar yang
ketiga adalah suasana di luar pada sepertiga perjalanan.
Ini
adalah tempat pemandian atau air terjun kecil di sekitar Goa Sumpang Bitta,
terlihat beberapa anak sangat bersemangat sekali. Pemandian ini disusun
membantuk anak tangga, disusun dnegan bentuk semenarik mungkin. Pemandian ini
berusaha memanjakan para pengunjungnya dengan letaknya yang dikelilingi oleh
pepohonan.
Ini
adalah beberapa gambar tumbuhan yang tumbuh di sekitar Goa Sumpang Bitta. Pada
gambar yang kedua, tumbuhan tumbuh merambat menutupi bebatuan.
Ini
adalah suasana di dalam Goa Sumpang Bitta. Pada gambar pertama terlihat
goa-goa, pada gambar kedua adalah papan larangan, dan pada gambar ketiga berupa
jejak-jejak tangan manusia zaman dahulu.
Begitulah
suasana di Goa Sumpang Bitta. Jika penasaran, bisa pergi ke sana langsung. Jika
anda ke sana, anda akan tahu bagaimana lelahnya naik ke atas sana, dan
bagaimana suasana yang dipamerkan alam dari atas sana. Ketika sudah sampai di
atas, anda akan melihat goa yang pernah menjadi tempat tinggal manusia-manusia
pada zaman dahulu.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sumpang bita berasal dari kata
sumpang dan bita. Sumpang artinya pintu dan bita artinya kampung atau nama
perkampungan masyarakat yang bernama bita yang berada di belakang gunung desa
Leang.
Di dalam gua Sumpang Bita terdapat
beberapa gambar, yaitu gambar telapak tangan, babi rusa, babi hutan, perahu dan
telapak kaki.Orang yang menggambarkan atau meninggalkan sejarahnya di namakan
orang toala. Arti dari toala adalah to berarti manusia dan ala berarti hutan
jadi toala berarti manusia hutan.
Sumpang Bita merupakan salah satu
tempat wisata yang ada di Sulawesi Selatan. Secara administrative Taman
Purbakala Sumpang Bita berada di Desa Sumpang Bita, Kecamatan Balocci Kabupaten
Pangkep.Berada di kilometer 55 di sebelah utara kotamadya Ujung Pandang (Ibu
Kota Propinsi Sulawesi Selatan).Letak Astronomiknya 50020’ LS dan
1190 38’BT.Daerah Pangkep terdiri dari beberapa desa atau kelurahan
yang tersebar di semua kecamatan.Salah satu desa yang dilalui untuk menuju Gua
Sumpang Bitta adalah desa Kabba.Di pinggir jalanan terdiri atas sawah yang
sangat luas dan beberapa rumah dan pohon.
Gua Sumpang Bitta ditemukan oleh
Frist dan Paul Sarassin dari Swiss pada tahun 1902.Gua ini merupakan
peninggalan dari penduduk Toala yang berarti orang bertempat tinggal di hutan.
Taman prasejarah gua sumpang bita
yang berada di Kabupaten Pangkep ini sangat menarik dan unik. Kekreatifan orang
toala yang membuat lukisan dari bahan alami seperti daun sirih yang
dikunyah/ditumbuk dan dicampur dengan bahan perekat dari tanah liat (OKER)
dapat mengukir sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Taman Prasejarah Sumpangbita
(Http// Arkeologi.web.id On Line). Diakses tanggal 17 oktober 2010
Fandeli,Chafid, 1997. Dasar-dasar Manajemen Kepariwisataan Alam. Liberty. Yogyakarta.
Kelompok Kerja AMPL
Daerah.2007. Profil Kabupaten
Pangkep (Http//Daerah1. ampl.or.id
On Line). Diakses tanggal 19 oktober 2010
Kodhyat H, 1996. Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di
Indonesia . Grasindo Jakarta.
Pangesti Tri 2007. Modul identifikasi Objek Wisata Alam (On
Line). Diakses tanggal 5 Januari 2010.
Pendit, Nyoman S, 1999, Ilmu Pariwisata Sebuah Perdana. PT.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Soekadijo, R. G, 1997. Anatomi Pariwisata : Memahami Pariwisata
sebagai Sistem Linkage.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Suwantoro, Gamal, 1997. Dasar-dasar Pariwisata. ANDY.
Yogyakarta.
Yoeti, Oka A, 1990. Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa.
Bandung.
Categories:
bagus